A. JUDUL PENELITIAN
“Penerapan Pendekatan Contekstual Teaching Learning
(CTL) Berbantukan Media Sederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada
Siswa Kelas V Semester II di SD No. 4
Kaliuntu Singaraja Tahun
Pelajaran 2010/2011”
B. PENDAHULUAN
B.1. Latar
Belakang Masalah
Hasil belajar siswa sangat bergantung pada
kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa bersama guru. Hal
tersebut telah diyakini oleh berbagai instansi pendidikan. Membuat skenario
pembelajaran yang berkualitas bukanlah suatu hal yang mudah. Guru harus mampu menggerakkan dan mengarahkan komponen-komponen pembelajaran, memiliki berbagai tekhnik, pendekatan, metode, sarana belajar dan yang
lainnya agar dapat membelajarkan siswa dalam mengkonstruksi pemahaman konsep
agar dapat mengembangkan nalarnya.
Khusus dalam pembelajaran IPA, siswa Sekolah Dasar yang masih dalam taraf belajar konkret harus
didekatkan dengan lingkungannya. Dalam menyusun skenario pembelajaran guru
hendaknya mampu mengaitkan materi
pelajaran dengan lingkungan
sekitar siswa. Pada saat
pembelajaran, selama ini guru
masih
menggunakan sistem mengajar konvensional (ceramah)
yang menyebabkan siswa kurang aktif.
Hal ini berpengaruh pada hasil IPA siswa kelas V di Sekolah Dasar Nomor 4 Kaliuntu yang cenderung masih rendah.
Berdasarkan data raport siswa pada tahun ajaran 2009/2010 semester II
menunjukkan rata-rata 72, masih berada dibawah standar minimal nasional yaitu
75.
Mengingat siswa Sekolah
Dasar masih dalam taraf belajar konkret, maka diperlukan benda-benda konkret sebagai penunjang dalam
pembelajaran seperti tumbuhan, buah-buahan, dan barang-barang bekas. Dipilih
media sederhana, karena sudah dikenal dan dapat diperoleh secara mudah di
lingkungan sekitar anak. Berkenaan dengan itu,
pendekatan yang sesuai adalah pendekatan
Contekstual
Teaching Learning (CTL). Pendekatan CTL
merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan konteksnya yaitu ada pada
lingkungan anak itu sendiri. Dengan CTL
diyakini siswa akan senang belajar, tidak merasa jenuh. Apabila siswa senang belajar, proses pembelajaran akan berkualitas sehingga Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dapat diwujudkan. Jika proses
belajar berkualitas diyakini hasil belajar siswa juga akan meningkat.
B.2. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang diatas
maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang ditemui pada pelaksanaan
pembelajaran IPA di kelas V yaitu:
1. siswa kurang aktif belajar dalam mengikuti proses pembelajaran IPA;
2. pembelajaran kurang menyenangkan sehingga siswa cepat bosan;
3. guru masih menggunakan sistem
mengajar konvensional (ceramah) yang
menyebabkan siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran.
4. Hasil belajar siswa masih dibawah KKM
sekolah
C. RUMUSAN MASALAH
Apakah penerapan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) berbantukan
media sederhana dapat
meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas V SD No 4 Kaliuntu Singaraja ?
D. PEMECAHAN MASALAH YANG DITAWARKAN
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa
kelas V SD No 4 Kaliuntu dapat dilakukan melalui penerapan pendekatan. Ada
beberapa argumen yang diacu: 1) pendekatan CTL
yang berbantukan media sederhana dapat meningkatkan minat belajar
siswa, 2) Apabila pendekatan CTL berbantukan media sederhana diterapkan siswa tidak
akan jenuh dengan gaya guru mengajar yang monoton, 3) pendekatan CTL bermanfaat bagi semua mata
pelajaran.
E. TUJUAN Penelitian
Untuk mengetahui penerapan pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) berbantukan media sederhana dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa
Kelas V SD No 4 Kaliuntu Singaraja.
F. MANFAAT Penelitian
F.1 Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil belajar ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran positif bagi pengembangan dan kemajuan teori pendidikan, khususnya
pada siswa
kelas V SD
No. 4 Kaliuntu Singaraja.
F.2 Manfaat
Praktis
Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran terhadap berbagai pihak terutama kepada:
1. Siswa
Manfaat dilihat dari siswa adalah hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi siswa
khususnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar dalam bidang studi IPA.
2. Guru
Manfaat dilihat dari guru adalah model pembelajaran ini merupakan
model baru yang inovatif dan dapat digunakan sebagai acuan dalam mengajar untuk
dapat mencapai target pembelajaran yang
lebih efektif dan efisien, serta dapat dijadikan tambahan informasi dan sebagai
acuan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan situasi dan
kondisi lingkungan setempat.
3. Lembaga
Dilihat dari lembaga,hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi
lembaga dalam rangka membentuk SDM yang berkualitas.
4. Peneliti Lain
Manfaat yang didapat dilihat dari peneliti lain adalah, penelitian
ini dapat dijadikan acuan dalam penyusunan penelitian yang serupa.
G. TINJAUAN PUSTAKA
G.1 Dasar Teori
1. Contekstual Teaching Learning (CTL)
a. Pengertian
CTL
Pendekatan
kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam
kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi dkk, 2002:4).
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
dari guru ke siswa. Dalam pendekatan
kontekstual ini menekankan pada pemikiran bahwa akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
“mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan hanya “mengetahui” nya. Pembelajaran
yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
dalam jangka panjang.
Pembelajaran
kontekstual (CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh
komponen efektif yaitu konstruktivisme,
bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya
(Sugandi, 2004:41)
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru
menghadirkan dan mengaitkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat
b. Komponen
CTL
Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan
pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu:
a)
Kontruktifisme (contructivism)
Teori belajar tentang konstruktifisme
menyatakan bahwa siswa harus membangun pengetahuan di dalam benak mereka sendiri. Setiap pengetahuan
dapat dikuasai dengan baik, jika siswa secara aktif
mengkontruksi pengetahuan didalam pikiranya.
Konstruktifisme merupakan landasan berpikir atau filosofi pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks terbatas dan tidak secara tibatiba. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang
siap diambil atau diingat. Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata. Oleh karena itu pengetahuan menjadi prosesmengkontruksi bukan
menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:10).
b)
Bertanya (questioning)
Kegiatan bertanya merupakan strategi
pembentukan pendekatan kontekstual. Bagi siswa bertanya merupakan kegiatan penting dalam melaksanakan pembelajaran
yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui (Depdiknas, 2003:16).
c)
Inkuiri (inquery)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan
pembelajaran berbasis kontekstual.
Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh bukan dari hasil mengingat separangkat fakta tapi hasil dari menemukan sendiri.
Siklus inquiri:merumuskan masalah, observasi,
bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis),
pengumpulan data dan menyimpulkan (Depdiknas, 2003:13).
d)
Masyarakat Belajar (learning
community)
Masyarakat belajar merupakan kegiatan
pembelajaran yang memfokuskan aktivitas berbicara dan berbagai pengalaman dengan orang lain. Hasil
belajar diperoleh dengan “sharing” antar teman
sekelompok dan antara yang tahu dengan yang tidak tahu
(Depdiknas, 2003:18).
e)
Pemodelan (modeling)
Pemodelan adalah kegiatan pemberian model
dengan tujuan untuk membahasakan
gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu
yang kita inginkan (Depdiknas, 2003:15).
f)
Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa
yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan masa lalu. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian, aktifitas atau pengetahuan yang
baru diterima. Pengetahuan yang baru diperoleh oleh
siswa di kelas melalui konteks pembelajaran, yang
kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru (Depdiknas,
2003:18).
g)
Penilaian Autentik (autentik assessment)
Penilaian Autentik adalah proses pengumpulan
berbagai data yang dapat memberi gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian dilakukan bersama secara
terintegrasi dari kegiatan pembelajaran. Data yang
dikumpulkaan harus dari kegiatan yang nyata yang
dikerjakan siswa pada proses pembelajaran. Penilaian autentik didasarkan
pada pengetahuan dan ketrmpilan yang diperoleh siswa.
Beberapa karakteristik penilaian autentik antara
lain:
1)
dilaksanakan
selama dan sesudah pembelajaran;
2)
dapat
digunakan untuk formatif dan sumatif;
3)
yang
diukur adalah ketrampilan dan penampilannya bukan mengingat fakta;
4)
berkesinambungan;
5)
terintegrasi;
6)
dapat
digunakan sebagai feed back (Depdiknas,2003:10-20)
2. Media Sederhana
a. Pengertian Media
Kata
media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”,
yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman,dkk dalam Made
Tegeh, 2008:5). Jadi media adalah segala bentuk perantara atau pengantar
penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran.
Media juga termasuk dalam kategori bahan pembelajaran, apabila media
pembelajaran diperankan sebagai desain materi pembelajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
b. Klasifikasi Media
Klasifikasi
media bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dari bahan serta cara
pembuatannya (Djamarah dan Zain dalam Made Tegeh,
2008:30).
a)
Dilihat dari jenisnya
1)
Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara saja, seperti radio, tape recirder, piringan hitam. Media ini
tidak sesuai untuk orang yang tuli atau mempunyai kelainan/gangguan
pendengaran.
2)
Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan
indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti
film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan cetakan Ada pula
media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film
bisu. film kartun.
3)
Media
Audiovisual
Media auduvisual adalah media yang mempunyai unsur
suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik,
karena meliputi kedua jenia media yang pertama dan kedua.
b)
Dilihat dari daya liputnya
1)
Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat
dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang
sama. Contoh: radio dan televisi.
2)
Media dengan
Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Waktu.
Media ini dalam penggunaannya membutubkan ruang
dan tempat yang khusus, seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus
menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
3)
Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang
diri. Tennasuk media ini adalah modul
berprogram dan pengajaran melalui komputer.
c)
Dilihat dari bahan pembuatannya
1)
Media
Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan
harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
2)
Media
Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya
sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya
memerlukan keterampilan yang memadai.
c.
Media Sederhana
Media yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah media sederhana. Media sederhana dipilih karena berdasarkan
karakteristiknya. Media sederhana merupakan media yang mudah diperoleh dan
harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit. Di
lingkungan sekolah banyak tersedia media sederhana, tetapi diperlukan kejelian
guru untuk memilih dan memilah media yang tepat sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Media sederhana yang digunakan pada penelitian ini
adalah botol plastik, kaleng bekas, busa kemasan, es
batu, tepung, dan lain-lain
3. Hasil Belajar IPA
1.
Pengertian
Hasil Belajar IPA
Kata hasil mempunyai arti “pendapatan atau perolehan” (W.J.S
Poerwadarminta, 1994:384). Dalam penelitian ini hasil diartikan sebagai
pendapatan atau perolehan dari seseorang dengan menunjukkan kecakapan dan
kemampuannya. Hasil belajar ini biasanya ditunjukkan melalui perolehan nilai,
keterampilan, dan prilaku. Sedangkan hasil belajar IPA adalah hasil yang
diperoleh peserta didik melalui kemampuan belajar IPA yang diperoleh melalui
proses pembelajaran.
2.
Ciri-ciri Hasil Belajar IPA
Seperti disebutkan dalam GBPP SD (1993:127), ciri-ciri hasil belajar
IPA adalah siswa memiliki pengetahuan, gagasan dan konsep tentang alam sekitar,
memiliki keterampilan, sikap dan nilai ilmiah serta memiliki rasa mencintai dan
menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Hasil yang diharapkan bukan sekedar
penguasaan pengetahuan tatapi juga dari segi sikap dan keterampilan. Hasil
belajar yang baik adalah yang bersifat menyeluruh meliputi aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Hasil Belajar IPA
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh
dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri
siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama
kemampuan yang dimiliki siswa. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Richard
Clark (dalam Nana Sudjana, 1989:39) bahwa: hasil belajar siswa disekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan”.
Disamping faktor kemampuan yang
dimilki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik
dan psikis.
G.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
a. Dari beberapa hasil temuan yang ditemukan
oleh Wirya (2007) disimpulkan bahwa model pembelajaran yang berorientasi
kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil
belajar dan aktifitas belajar siswa baik di tingkat SD, SLTP, maupun di SMU/SMK.
Model pembelajaran ini juga cocok dikolaborasikan dengan berbagai pendekatan
yang relevan
b. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ruseni Wiasmari: Meningkatkan Motifasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran
Kontekstual Bidang Studi Pendidikan agama Hindu kelas VII Bi SMP N 4 Singaraja
tahun Ajaran 2006/2007 dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan kontekstual komponen ternyata lebih efektif dan terbukti mampu
meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
G.3 Kerangka Berfikir
1.
Bagan 1 Kerangka
Berfikir
Kerangka pikir di atas, dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
penelitian tindakan kelas dengan suatu hipotesa bahwa Pendekatan CTL berbantukan
Media Sederhana diduga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang pada
akhirnya bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Penerapan Pendekatan ini,
diharapkan akan dapat mewujudkan tujuan peningkatan hasil belajar siswa yang
secara klasikal. Kombinasi antara pendekatan CTL dengan media sederhana
memiliki kemungkinan pencapaian peningkatan hasil dibandingkan dengan hanya
menerapkan pendekatan yang kurang variatif. Jadi melalui penerapan Pendekatan ini diduga dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Kajian Hasil Penelitian
yang Relevan
c. Dari beberapa hasil temuan yang ditemukan
oleh Wirya (2007) disimpulkan bahwa model pembelajaran yang berorientasi
kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil
belajar dan aktifitas belajar siswa baik di tingkat SD, SLTP, maupun di SMU/SMK.
Model pembelajaran ini juga cocok dikolaborasikan dengan berbagai pendekatan
yang relevan
d. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ruseni Wiasmari: Meningkatkan Motifasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran
Kontekstual Bidang Studi Pendidikan agama Hindu kelas VII Bi SMP N 4 Singaraja
tahun Ajaran 2006/2007 dapat diambil kesimpulan bahwa
pendekatan kontekstual komponen ternyata lebih efektif dan terbukti mampu
meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
e. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Candra Gunasari: Pembelajaran Kontekstual melalui Pemanfaatan Media
Komik Tanpa Teks untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas IXA
SMP Negeri 6 Singaraja. Ternyata CTL melalui Media Komik tanpa teks sangat efektif
terbukti kemampuan siswa dalam menulis narasi siswa menjadi meningkat.
G.4 Hipotesis Tindakan
Jika penerapan Pendekatan CTL berbantukan media sederhana dilaksanakan
dengan baik dan benar, maka hasil belajar siswa akan meningkat.
H. Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research).
Penelitian terdiri atas lebih dari satu siklus, tergantung permasalahan atau
hambatan yang ditemukan selama penelitian.
H.1. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah siswa-siswi SD No. 4 Kaliuntu Singaraja
Kelas V Tahun Ajaran 2010/2011 yang berjumlah 32 orang yang terdiri dari 16
orang laki-laki dan 16 orang perempuan.
H.2. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini berpedoman pada
model Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart (1998). Dalam proses ini bersifat dinamis dimana ada 4
tahap yaitu: 1) Perencanaan Tindakan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Evaluasi atau Observasi,
4) Refleksi
Dari keempat langkah yang dilakukan pada penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
RANCANGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Bagan 2 Rancangan Penelitian
Sumber: Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart, 1998
1.
Perencanaan
Perencanaan
penelitian merupakan kompasnya kegiatan penelitian, karena akan memeberikan
arah yang lebih jelas dalam pelaksanaannya. Semakin jelas arah atau petunjuk
penelitian, maka semakin mudahlah bagi si peneliti sebelum melaksanakan hasil
yang diharapkan. Didalam perencanaan ini peneliti sebelum melaksanakan kegiatan
ini terlebih dahulu mengupayakan dukungan dari semua pihak serta menyiapkan
semua fasilitas yang akan digunakan:
a. Mengadakan sosialisasi terhadap Kepala Sekolah, guru-guru, dan para
staf TU dengan harapan mendapat dukungan yang positif sehingga pelaksanaan
penelitian nantinya dapat berjalan dengan lancar.
b.
Menyiapkan dan merancang skenario
pembelajaran yang mantap, beserta kelengkapan yang diperlukan dalam
pembelajaran.
Setelah
kegiatan awal telah disiapkan, maka langkah selanjutnya memebuat skenario
pembelajaran, skenario pembelajaran ini memuat kegiatan pembelajaran dari awal
sampai akhir, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal yang
diperhatin antara lain: 1) Pokok bahasan yang akan diajarkan, 2) Kompetensi yang
diharapkan, 3) Landasan kegiatan belajar mengajar, 4) Analisis materi pelajaran
dan 5) Landasan kegiatan belajar mengajar. Media, metode, dan sumber belajarnya adalah
Media : Papan tulis dan
visual lainnya, benda-benda sederhaa yang dijumpai siswa di lingkungan sekitar.
Pendekatan pembelajaran adalah metode CTL.
Sumber bahan pembelajaran adalah buku Bagan, Gambar, Pelajaran IPA siswa Kelas V
Langkah-langkah proses pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a.
Kegiatan pendahuluan
Di dalam kegiatan Pendahuluan peneliti:
a) Masuk kelas dengan sikap tenang dan penuh
senyum
b)
Mangucapkan salam
c)
Memperkenalkan diri (di awal
pertemuan)
d)
Mengabsen siswa
e)
Apersepsi
b.
Kegiatan Inti
Peneliti menyajikan materi
kepada siswa dengan menggunakan pendekatan CTL
yang dikemas sedemikian rupa agar mudah dipahami dan dikerjakan oleh semua
siswa(metoamah, tanya jawab, pan tukelompok)
a) Membentuk
kelompok maksimal 3 orang
b)
Memberikan tugas (masalah)
sesuai dengan kompetensi dasar
c)
Menyuruh siswa untuk mempresentasikan
hasil kerja.
d)
Menjelaskan
serta meluruskan jawaban dari masing-masing kelompok yang belum tepat.
c.
Penutup
a) Berkonsultasi, menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti kepada siswa lainnya.
b)
Menyimpulkan materi
bersama-sama.
c)
Menutup
materi pembelajaran dengan “Parama Santih”
2. Tindakan/Pelaksanaan
Di dalam kegiatan ini peneliti melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya. Pelaksanaan
Tindakan (treatment) dilakukan sesuai jadwal pembelajaran tatap
muka yaitu satu kali tatap muka selama 2 x 35 menit
setiap 2 kali dalam seminggu, yaitu hari senin jam ke-1 dan 2 dan hari jumat jam ke-1 dan 2 Proses dilaksanakan berdasarkan siklus yang telah
dirancang dan jumlah siklus tergantung target yang tercapai sesuai dengan
tujuan peneliti. Jumlah tatap muka dalam satu siklus didasarkan pada jumlah
pokok bahasan yang telah dirancang.
3.
Observasi/Evaluasi
a.
Observasi
Pada saat
pelaksanaan tindakan di kelas dengan menggunakan pembelajaran dan
langkah-langkah yang telah dirancang, peneliti mulai mendokumentasikan proses,
keadaan, dan faktor-faktor lain yang timbul dan berkembang selama pelaksanaan
tindakan. Pemantauan proses pembelajaran
adalah analisis dan penilaian hasil belajar siswa melalui rubrik penilaian.
Hasil dari observasi tersebut dijadikan sebagai dasar melakukan refleksi dan
revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan, dan dijadikan
sebagai dasar dalam merancang dan merumuskan rencana tindakan selanjutnya.
b.
Evaluasi
Proses evaluasi menurut pendapat Rusyam (1993:210) yaitu tindakan
atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai
tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan pendidikan. Evaluasi merupakan bagian penting dalam proses belajar
mengajar karena dengan evaluasi dapat ditentukan tingkat keberhasilan suatu
program, sekaligus juga dapat diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu
program. Dengan demikian salah satu ciri yang penting dari kegiatan evalusi adalah
adanya kriteria yang dijadikan dasar dalam menarik kesimpulan mengenai objek
yang diobservasikan. Evaluasi di sini juga dapat diartikan sebagai proses
membandingkan situasi yang ada dengan kriteria karena evaluasi adalah proses
mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka
membuat keputusan
4. Refleksi
Dalam tahap
refleksi akan dilakukan diskusi suhubungan denga hasil analisis dan evaluasi
untuk dapat membuat suatu kesimpulan dan perencanaan bagi siklus berikutnya jka
memang diperlukan. Di dalam siklus akan dipadukan antara hasil yang diperoleh
dengan berbagai teori yang digunakan dan kajian pustaka yang relevan serta
dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya. Selain itu peneliti mengadakan
introspeksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan
proses pembelajaran yang mantap pada siklus berikutnya. Bilamana hasil analisis
diperoleh belum memenuhi target penelitian, maka pelaksanaan tindakan (treatment) akan dilanjutkan pada siklus
berikutnya.
H.3. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode
yaitu: 1) metode observasi dan 2) metode tes. Kedua metode tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a.
Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data
yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis tentang suatu objek tertentu (A.A. Gede Agung, 1999). Metode observasi digunakan untuk mengamati
siswa secara langsung. Metode observasi
digunakan untuk mengumpulkan data interaksi pembelajaran dan kendala-kendala
yang dialami selama pembelajaran berlangsung. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan adalah lembar observasi.
b.
Metode Tes
Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas
yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites (testee), dan dari tes dapat
menghasilkan suatu skor. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang
perubahan ranah kognitif dan atau
psikomotorik hasil belajar sesuai bidang studi. Instrumen pengumpulan data
yang digunakan adalah lembar soal.
H.4. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah data yang diperoleh masih merupakan
data mentah yang belum dapat memberikan gambaran jelas sehingga perlu
dianalisis lebih lanjut dengan analisis statistik.
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang didukung tiga tahapan,
yaitu: 1) Reduksi Data, 2) Paparan Data dan 3) Penyimpulan hasil analisis,
sedangkan analisis kuantitatif hanya sebagai penunjang data untuk dapat
memperkuat argumentasi atau paparan naratif.
Reduksi data yang dimaksud adalah
proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokkan dan
pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna.
Paparan data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam
bentuk paparan naratif, tabel, grafik atau perwujudan lainnya yang dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang proses dan hasil tindakan yang
dilakukan.
Penyimpulan hasil analisis merupakan pengambilan inti dari sajian
data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat singkat,
padat, dan bermakna. Data yang dihimpun dalam penelitian ini meliputi aktivitas
belajar siswa hasil belajar siswa dan respon siswa telah diterapkan
pembelajaran dengan pendekatan CTL berbantukan Media Sederhana dalam pembelajaran bidang studi IPA.
Dalam melakukan analisis, menggunakan
kualitatif deskriptif tentang hasil
evaluasi siklus dengan rumus:
1.
Mean (nilai rata-rata kelas)
Rumus: M
=
Keterangan:
M = mean kelas hasil belajar
Sx = jumlah seluruh skor
N = jumlah siswa
Untuk
melihat peningkatan hasil belajar per siklusnya digunakan daya
serap (DS) dan ketuntasan Belajar (KB)
setiap akhir siklus dengan rumus sebagai berikut:
2. Daya Serap (DS)
Rumus:
Keterangan:
DS = Daya Serap
M = rata-rata kelas
SMI = Skor
maksimum ideal
3. Ketuntasan Belajar (KB)
Rumus:
Keterangan:
KB = Ketuntasan Belajar
= Jumlah siswa yang tuntas
N
= Jumlah siswa
H.5. Kriteria Keberhasilan
Adapun kriteria yang dipakai sebagai dasar acuan dalam mengukur keberhasilan
tindakan adalah:
1.
Hasil belajar siswa untuk
bidang IPA rata-ratanya sesuai dengan standar ketuntasan batas minimal (SKBM)
yang diterapkan sekolah yaitu dengan
nilai 75.
2. Ketuntasan belajar siswa diatas 75%
I. Jadwal Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini dijadwalkan selama 6 bulan dimulai
dari bulan Februari sampai bulan Juli Tahun 2011 dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 1
Jadwal
pelaksanaan penelitian
No.
|
Kegiatan
|
Bulan ke-
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
1
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Kajian Awal
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pelaksanaan PTK
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Seminar Draf hasil
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Penyusunan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Pengiriman Laporan
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar