Selasa, 05 Maret 2013

Penerapan Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) Berbantukan Media Sederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA


A.  JUDUL PENELITIAN
“Penerapan  Pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL)  Berbantukan Media Sederhana untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V  Semester II di SD No. 4 Kaliuntu Singaraja Tahun Pelajaran 2010/2011”
B.  PENDAHULUAN
 B.1.  Latar Belakang Masalah
Hasil belajar siswa sangat bergantung pada kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh siswa bersama guru. Hal tersebut telah diyakini oleh berbagai instansi pendidikan. Membuat skenario pembelajaran yang berkualitas bukanlah suatu hal yang mudah. Guru harus mampu menggerakkan dan mengarahkan komponen-komponen pembelajaran, memiliki berbagai tekhnik, pendekatan, metode, sarana belajar dan yang lainnya agar dapat membelajarkan siswa dalam mengkonstruksi pemahaman konsep agar dapat mengembangkan nalarnya.
Khusus dalam pembelajaran IPA,  siswa Sekolah Dasar  yang masih dalam taraf belajar konkret harus didekatkan dengan lingkungannya. Dalam menyusun skenario pembelajaran guru hendaknya mampu mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekitar siswa. Pada saat pembelajaran, selama ini guru masih menggunakan sistem mengajar konvensional  (ceramah) yang menyebabkan siswa kurang aktif.  Hal ini berpengaruh pada hasil IPA siswa kelas V di Sekolah Dasar  Nomor 4 Kaliuntu yang cenderung masih rendah. Berdasarkan data raport siswa pada tahun ajaran 2009/2010 semester II menunjukkan  rata-rata 72, masih  berada dibawah standar minimal nasional yaitu 75.
Mengingat siswa Sekolah Dasar  masih dalam taraf belajar konkret, maka diperlukan benda-benda konkret sebagai penunjang dalam pembelajaran seperti tumbuhan, buah-buahan, dan barang-barang bekas. Dipilih media sederhana, karena sudah dikenal dan dapat diperoleh secara mudah di lingkungan sekitar anak. Berkenaan dengan itu,   pendekatan yang sesuai adalah pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL). Pendekatan CTL merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan konteksnya yaitu ada pada lingkungan anak itu sendiri. Dengan CTL diyakini siswa akan senang belajar, tidak merasa jenuh. Apabila siswa senang belajar, proses pembelajaran akan berkualitas sehingga Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) dapat diwujudkan. Jika proses belajar berkualitas diyakini hasil belajar siswa juga akan meningkat.
B.2.   Identifikasi Masalah
Bertitik tolak pada latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang ditemui pada pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas V yaitu:
1.    siswa kurang aktif belajar dalam mengikuti proses pembelajaran IPA;
2.    pembelajaran kurang menyenangkan sehingga siswa cepat bosan;
3.    guru masih menggunakan sistem mengajar konvensional             (ceramah) yang menyebabkan siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran.
4.    Hasil belajar siswa masih dibawah KKM sekolah
C.  RUMUSAN MASALAH
Apakah penerapan  pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) berbantukan media sederhana dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas V SD No 4 Kaliuntu Singaraja ?
D.  PEMECAHAN MASALAH YANG DITAWARKAN
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD No 4 Kaliuntu dapat dilakukan melalui penerapan pendekatan. Ada beberapa argumen yang diacu: 1) pendekatan CTL yang berbantukan media sederhana dapat meningkatkan  minat belajar siswa, 2) Apabila pendekatan CTL berbantukan media sederhana diterapkan siswa tidak akan jenuh dengan gaya guru mengajar yang monoton, 3) pendekatan CTL bermanfaat bagi semua mata pelajaran.
E.  TUJUAN Penelitian          
Untuk mengetahui penerapan  pendekatan Contekstual Teaching Learning (CTL) berbantukan media sederhana dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas V SD No 4 Kaliuntu Singaraja.


F.  MANFAAT Penelitian
 F.1   Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil belajar ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran positif bagi pengembangan dan kemajuan teori pendidikan, khususnya pada siswa kelas V SD No. 4 Kaliuntu Singaraja.
F.2  Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran terhadap berbagai pihak terutama kepada:
1.  Siswa
Manfaat dilihat dari siswa adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi siswa khususnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar dalam bidang studi IPA.
2. Guru
Manfaat dilihat dari guru adalah model pembelajaran ini merupakan model baru yang inovatif dan dapat digunakan sebagai acuan dalam mengajar untuk dapat  mencapai target pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta dapat dijadikan tambahan informasi dan sebagai acuan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan setempat.
3. Lembaga
Dilihat dari lembaga,hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi lembaga dalam rangka membentuk SDM yang berkualitas.
4. Peneliti Lain
Manfaat yang didapat dilihat dari peneliti lain adalah, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penyusunan penelitian yang serupa.
G.  TINJAUAN PUSTAKA
G.1  Dasar Teori
1.  Contekstual Teaching Learning (CTL)
 a.  Pengertian CTL
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru  menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa  membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi dkk, 2002:4). Dengan konsep itu, hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam  bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.  Dalam pendekatan kontekstual ini menekankan pada pemikiran bahwa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” apa yang dipelajarinya, bukan hanya “mengetahui” nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam jangka panjang.
Pembelajaran kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu  guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan  mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan  penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen  efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya (Sugandi, 2004:41)                                                                 
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa CTL merupakan  suatu konsep belajar dimana guru  menghadirkan dan mengaitkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa  membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
 b.  Komponen CTL
Terdapat tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas, yaitu:
a)    Kontruktifisme (contructivism)
Teori belajar tentang konstruktifisme menyatakan bahwa siswa harus membangun pengetahuan di dalam benak mereka sendiri. Setiap pengetahuan dapat dikuasai dengan baik, jika siswa secara aktif mengkontruksi pengetahuan didalam pikiranya. Konstruktifisme merupakan landasan berpikir atau filosofi pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks terbatas dan tidak secara tibatiba. Pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diambil atau diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Oleh karena itu pengetahuan menjadi prosesmengkontruksi bukan menerima pengetahuan (Depdiknas, 2003:10).
b)   Bertanya (questioning)
Kegiatan bertanya merupakan strategi pembentukan pendekatan kontekstual. Bagi siswa bertanya merupakan kegiatan penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui (Depdiknas, 2003:16).
c)    Inkuiri (inquery)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh bukan dari hasil mengingat separangkat fakta tapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus inquiri:merumuskan masalah, observasi, bertanya, mengajukan dugaan (hipotesis), pengumpulan data dan menyimpulkan (Depdiknas, 2003:13).
d)   Masyarakat  Belajar (learning community)
Masyarakat belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang memfokuskan aktivitas berbicara dan berbagai pengalaman dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dengan “sharing” antar teman sekelompok dan antara yang tahu dengan yang tidak tahu
(Depdiknas, 2003:18).
e)    Pemodelan (modeling)
Pemodelan adalah kegiatan pemberian model dengan tujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar atau melakukan sesuatu yang kita inginkan (Depdiknas, 2003:15).
f)    Refleksi (reflection)
Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang sudah dilakukan masa lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktifitas atau pengetahuan yang baru diterima. Pengetahuan yang baru diperoleh oleh siswa di kelas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru (Depdiknas, 2003:18).
g)   Penilaian Autentik (autentik assessment)
Penilaian Autentik adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberi gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran. Data yang dikumpulkaan harus dari kegiatan yang nyata yang dikerjakan siswa pada proses pembelajaran. Penilaian autentik didasarkan pada pengetahuan dan ketrmpilan yang diperoleh siswa. Beberapa karakteristik penilaian autentik antara lain:
1)      dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran;
2)      dapat digunakan untuk formatif dan sumatif;
3)      yang diukur adalah ketrampilan dan penampilannya bukan mengingat fakta;
4)      berkesinambungan;
5)      terintegrasi;
6)      dapat digunakan sebagai feed back (Depdiknas,2003:10-20)
2.  Media Sederhana
 a.   Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman,dkk dalam Made Tegeh, 2008:5). Jadi media adalah segala bentuk perantara atau pengantar penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran.
Media juga termasuk dalam kategori bahan pembelajaran, apabila media pembelajaran diperankan sebagai desain materi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
 b.  Klasifikasi Media
Klasifikasi  media bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dari bahan serta cara pembuatannya (Djamarah dan Zain dalam Made Tegeh, 2008:30).
a)        Dilihat dari jenisnya
1)        Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, tape recirder, piringan hitam. Media ini tidak sesuai untuk orang yang tuli atau mempunyai kelainan/gangguan pendengaran.
2)        Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai),  foto, gambar atau lukisan cetakan Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu. film kartun.
3)        Media Audiovisual
Media auduvisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenia media yang pertama dan kedua.
b)        Dilihat dari daya liputnya
1)        Media  dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Contoh:  radio dan televisi.
2)        Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang  dan Waktu.
Media ini dalam penggunaannya membutubkan ruang dan tempat yang khusus, seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
3)        Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri.  Tennasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
c)        Dilihat dari bahan pembuatannya
1)        Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
2)        Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
c.    Media Sederhana
Media yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah media sederhana. Media sederhana dipilih karena berdasarkan karakteristiknya. Media sederhana merupakan media yang mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit. Di lingkungan sekolah banyak tersedia media sederhana, tetapi diperlukan kejelian guru untuk memilih dan memilah media yang tepat sesuai dengan  tujuan pembelajaran. Media sederhana yang digunakan pada penelitian ini adalah botol plastik, kaleng bekas, busa kemasan, es batu, tepung, dan lain-lain


3.    Hasil Belajar IPA
1.         Pengertian Hasil Belajar IPA
Kata hasil mempunyai arti “pendapatan atau perolehan” (W.J.S Poerwadarminta, 1994:384). Dalam penelitian ini hasil diartikan sebagai pendapatan atau perolehan dari seseorang dengan menunjukkan kecakapan dan kemampuannya. Hasil belajar ini biasanya ditunjukkan melalui perolehan nilai, keterampilan, dan prilaku. Sedangkan hasil belajar IPA adalah hasil yang diperoleh peserta didik melalui kemampuan belajar IPA yang diperoleh melalui proses pembelajaran.
2.        Ciri-ciri Hasil Belajar IPA
Seperti disebutkan dalam GBPP SD (1993:127), ciri-ciri hasil belajar IPA adalah siswa memiliki pengetahuan, gagasan dan konsep tentang alam sekitar, memiliki keterampilan, sikap dan nilai ilmiah serta memiliki rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Hasil yang diharapkan bukan sekedar penguasaan pengetahuan tatapi juga dari segi sikap dan keterampilan. Hasil belajar yang baik adalah yang bersifat menyeluruh meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar IPA
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki siswa. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh Richard Clark (dalam Nana Sudjana, 1989:39) bahwa: hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan”.
                 Disamping faktor kemampuan yang dimilki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
G.2.  Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
a.    Dari beberapa hasil temuan yang ditemukan oleh Wirya (2007) disimpulkan bahwa model pembelajaran yang berorientasi kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar dan aktifitas belajar siswa baik di tingkat SD, SLTP, maupun di SMU/SMK. Model pembelajaran ini juga cocok dikolaborasikan dengan berbagai pendekatan yang relevan
b.    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruseni Wiasmari: Meningkatkan Motifasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Bidang Studi Pendidikan agama Hindu kelas VII Bi SMP N 4 Singaraja tahun Ajaran 2006/2007 dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan kontekstual komponen ternyata lebih efektif dan terbukti mampu meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
G.3  Kerangka Berfikir
1.       
         
 
Bagan 1 Kerangka Berfikir
Kerangka pikir di atas, dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan suatu hipotesa bahwa Pendekatan CTL berbantukan Media Sederhana diduga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa. Penerapan Pendekatan ini, diharapkan akan dapat mewujudkan tujuan peningkatan hasil belajar siswa yang secara klasikal. Kombinasi antara pendekatan CTL dengan media sederhana memiliki kemungkinan pencapaian peningkatan hasil dibandingkan dengan hanya menerapkan pendekatan yang kurang variatif. Jadi melalui penerapan Pendekatan ini diduga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2.  Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
c.    Dari beberapa hasil temuan yang ditemukan oleh Wirya (2007) disimpulkan bahwa model pembelajaran yang berorientasi kontekstual merupakan suatu model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar dan aktifitas belajar siswa baik di tingkat SD, SLTP, maupun di SMU/SMK. Model pembelajaran ini juga cocok dikolaborasikan dengan berbagai pendekatan yang relevan
d.   Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruseni Wiasmari: Meningkatkan Motifasi Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual Bidang Studi Pendidikan agama Hindu kelas VII Bi SMP N 4 Singaraja tahun Ajaran 2006/2007 dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan kontekstual komponen ternyata lebih efektif dan terbukti mampu meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran
e.    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Candra Gunasari: Pembelajaran Kontekstual melalui Pemanfaatan Media Komik Tanpa Teks untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas IXA SMP Negeri 6 Singaraja. Ternyata CTL  melalui Media Komik tanpa teks sangat efektif terbukti kemampuan siswa dalam menulis narasi siswa menjadi meningkat.
G.4   Hipotesis Tindakan
Jika penerapan Pendekatan CTL berbantukan media sederhana  dilaksanakan dengan baik dan benar, maka hasil belajar siswa akan meningkat.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas  (classroom action research). Penelitian terdiri atas lebih dari satu siklus, tergantung permasalahan atau hambatan yang ditemukan selama penelitian.
H.1.  Subyek Penelitian
Subyek Penelitian ini adalah siswa-siswi SD No. 4 Kaliuntu Singaraja Kelas V Tahun Ajaran 2010/2011 yang berjumlah 32 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 16 orang perempuan.
H.2.  Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini berpedoman pada model Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart (1998). Dalam proses ini bersifat dinamis dimana ada 4 tahap yaitu: 1) Perencanaan Tindakan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Evaluasi  atau Observasi,
4) Refleksi 
Dari keempat langkah yang dilakukan pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:



RANCANGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS


 








    









  ?
 

 


Bagan 2 Rancangan Penelitian
Sumber: Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart, 1998


1.                Perencanaan
Perencanaan penelitian merupakan kompasnya kegiatan penelitian, karena akan memeberikan arah yang lebih jelas dalam pelaksanaannya. Semakin jelas arah atau petunjuk penelitian, maka semakin mudahlah bagi si peneliti sebelum melaksanakan hasil yang diharapkan. Didalam perencanaan ini peneliti sebelum melaksanakan kegiatan ini terlebih dahulu mengupayakan dukungan dari semua pihak serta menyiapkan semua fasilitas yang akan digunakan:
a.    Mengadakan sosialisasi terhadap Kepala Sekolah, guru-guru, dan para staf TU dengan harapan mendapat dukungan yang positif sehingga pelaksanaan penelitian nantinya dapat berjalan dengan lancar.
b.    Menyiapkan dan merancang skenario pembelajaran yang mantap, beserta kelengkapan yang diperlukan dalam pembelajaran.
Setelah kegiatan awal telah disiapkan, maka langkah selanjutnya memebuat skenario pembelajaran, skenario pembelajaran ini memuat kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir, untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Hal-hal yang diperhatin antara lain: 1) Pokok bahasan  yang akan diajarkan, 2) Kompetensi yang diharapkan, 3) Landasan kegiatan belajar mengajar, 4) Analisis materi pelajaran dan 5) Landasan kegiatan belajar mengajar.  Media, metode, dan sumber belajarnya adalah
Media  : Papan tulis dan visual lainnya, benda-benda sederhaa yang dijumpai siswa di lingkungan sekitar. Pendekatan pembelajaran  adalah  metode CTL. Sumber bahan pembelajaran adalah buku Bagan, Gambar, Pelajaran IPA siswa Kelas V
Langkah-langkah proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.    Kegiatan pendahuluan
Di dalam kegiatan Pendahuluan peneliti:
a)    Masuk kelas dengan sikap tenang dan penuh senyum
b)   Mangucapkan salam
c)    Memperkenalkan diri (di awal pertemuan)
d)   Mengabsen siswa
e)    Apersepsi        
b.    Kegiatan Inti
Peneliti menyajikan materi kepada siswa dengan menggunakan pendekatan CTL yang dikemas sedemikian rupa agar mudah dipahami dan dikerjakan oleh semua siswa(metoamah, tanya jawab, pan tukelompok)
a)    Membentuk  kelompok maksimal 3 orang
b)   Memberikan tugas (masalah) sesuai dengan kompetensi dasar
c)    Menyuruh siswa untuk mempresentasikan hasil kerja.
d)   Menjelaskan serta meluruskan jawaban dari masing-masing kelompok yang belum tepat.
c.    Penutup   
a)    Berkonsultasi, menanyakan hal-hal yang belum dimengerti kepada siswa lainnya.
b)   Menyimpulkan materi bersama-sama.
c)    Menutup materi pembelajaran dengan “Parama Santih”
2.       Tindakan/Pelaksanaan
Di dalam kegiatan ini peneliti melaksanakan skenario pembelajaran  yang  telah dirancang sebelumnya. Pelaksanaan Tindakan (treatment)  dilakukan sesuai jadwal pembelajaran tatap muka yaitu satu kali tatap muka selama 2 x 35 menit setiap 2 kali dalam seminggu, yaitu hari senin jam ke-1 dan 2 dan hari jumat jam ke-1 dan 2 Proses dilaksanakan berdasarkan siklus yang telah dirancang dan jumlah siklus tergantung target yang tercapai sesuai dengan tujuan peneliti. Jumlah tatap muka dalam satu siklus didasarkan pada jumlah pokok bahasan yang telah dirancang.
3.      Observasi/Evaluasi
a.       Observasi
Pada saat pelaksanaan tindakan di kelas dengan menggunakan pembelajaran dan langkah-langkah yang telah dirancang, peneliti mulai mendokumentasikan proses, keadaan, dan faktor-faktor lain yang timbul dan berkembang selama pelaksanaan tindakan. Pemantauan proses pembelajaran adalah analisis dan penilaian hasil belajar siswa melalui rubrik penilaian. Hasil dari observasi tersebut dijadikan sebagai dasar melakukan refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilakukan, dan dijadikan sebagai dasar dalam merancang dan merumuskan rencana tindakan selanjutnya.
b.      Evaluasi
Proses evaluasi menurut pendapat Rusyam (1993:210) yaitu tindakan atau proses untuk menentukan nilai sesuatu atau dapat diartikan sebagai tindakan atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan pendidikan. Evaluasi merupakan bagian penting dalam proses belajar mengajar karena dengan evaluasi dapat ditentukan tingkat keberhasilan suatu program, sekaligus juga dapat diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu program. Dengan demikian salah satu ciri yang penting dari kegiatan evalusi adalah adanya kriteria yang dijadikan dasar dalam menarik kesimpulan mengenai objek yang diobservasikan. Evaluasi di sini juga dapat diartikan sebagai proses membandingkan situasi yang ada dengan kriteria karena evaluasi adalah proses mendapatkan informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan

4.    Refleksi
Dalam tahap refleksi akan dilakukan diskusi suhubungan denga hasil analisis dan evaluasi untuk dapat membuat suatu kesimpulan dan perencanaan bagi siklus berikutnya jka memang diperlukan. Di dalam siklus akan dipadukan antara hasil yang diperoleh dengan berbagai teori yang digunakan dan kajian pustaka yang relevan serta dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya. Selain itu peneliti mengadakan introspeksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan proses pembelajaran yang mantap pada siklus berikutnya. Bilamana hasil analisis diperoleh belum memenuhi target penelitian, maka pelaksanaan tindakan (treatment) akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.  
H.3.   Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu: 1) metode observasi dan 2) metode tes. Kedua metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.    Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu (A.A. Gede Agung, 1999).  Metode observasi digunakan untuk mengamati siswa secara langsung. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data interaksi pembelajaran dan kendala-kendala yang dialami selama pembelajaran berlangsung. Instrumen  pengumpulan data yang digunakan adalah lembar observasi.
b.    Metode Tes
Metode tes adalah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh seseorang atau kelompok orang yang dites (testee), dan dari tes dapat menghasilkan suatu skor. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang perubahan ranah kognitif dan atau psikomotorik hasil belajar sesuai bidang studi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah lembar soal.
H.4.   Teknik Analisis Data
Analisis data adalah data yang diperoleh masih merupakan data mentah yang belum dapat memberikan gambaran jelas sehingga perlu dianalisis lebih lanjut dengan analisis statistik.
 Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang didukung tiga tahapan, yaitu: 1) Reduksi Data, 2) Paparan Data dan 3) Penyimpulan hasil analisis, sedangkan analisis kuantitatif hanya sebagai penunjang data untuk dapat memperkuat argumentasi atau paparan naratif.
 Reduksi data yang dimaksud adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui seleksi, pengelompokkan dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi bermakna.
Paparan data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik atau perwujudan lainnya yang dapat memberikan gambaran yang jelas tentang proses dan hasil tindakan yang dilakukan.
Penyimpulan hasil analisis merupakan pengambilan inti dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat singkat, padat, dan bermakna. Data yang dihimpun dalam penelitian ini meliputi aktivitas belajar siswa hasil belajar siswa dan respon siswa telah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan CTL berbantukan Media Sederhana dalam pembelajaran bidang studi IPA.
Dalam melakukan analisis,  menggunakan  kualitatif deskriptif tentang hasil evaluasi siklus dengan rumus:
1.    Mean (nilai rata-rata kelas)
                                       Rumus:       M  =
                                       Keterangan:
                                       M      =     mean kelas hasil belajar
                                       Sx     =     jumlah seluruh skor
                                       N      =     jumlah siswa
   Untuk melihat peningkatan hasil belajar per siklusnya digunakan daya serap  (DS) dan ketuntasan Belajar (KB) setiap akhir siklus dengan rumus sebagai berikut:
2.    Daya Serap (DS)
                                       Rumus:
Keterangan:
DS    =     Daya Serap
M      =     rata-rata kelas
SMI   =     Skor maksimum ideal
3.    Ketuntasan Belajar (KB)
Rumus:  
Keterangan:
KB       =     Ketuntasan Belajar
   =     Jumlah siswa yang tuntas
N         =     Jumlah siswa
H.5.   Kriteria Keberhasilan
Adapun kriteria yang dipakai sebagai dasar acuan dalam mengukur keberhasilan tindakan adalah:
1.    Hasil belajar siswa untuk bidang IPA rata-ratanya sesuai dengan standar ketuntasan batas minimal (SKBM) yang diterapkan sekolah yaitu dengan nilai 75.
2.    Ketuntasan belajar siswa diatas 75%
I.      Jadwal Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ini dijadwalkan selama 6 bulan dimulai dari bulan Februari sampai bulan Juli Tahun 2011 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1
Jadwal pelaksanaan penelitian
No.
Kegiatan
Bulan ke-
1
2
3
4
5
6
1
Persiapan






2
Kajian Awal






3
Pelaksanaan PTK






4
Analisis Data






5
Seminar Draf hasil






6
Penyusunan Laporan






7
Pengiriman Laporan







DAFTAR  PUSTAKA
Agung; A.A. Gede. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: STKIP Singaraja.
----------------. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: STKIP Singaraja.
Sugandi Ahmad. 2006. Teori Belajar. Semarang: Unnes Press.
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara
Candra Gunasari, Ni Putu. 2010. Pembelajaran Kontekstual melalui Pemanfaatan Media Komik Tanpa Teks untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas IXA SMP Negeri 6 Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha
Depdiknas. 2003. Pendekatan kontekstual (CTL). Jakarta: Departemen PendidikanNasional.
---------------. 2005. Penilaian,Pengadministrasian dan Pelaporan Hasil Belajar Peserta Didik Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kurikulum Pendidikan Dasar. 1993. Garis-Garis Besar Program Pengajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Nurhadi, Yasin Burhanudin, dan Seduk A. Gerrad. 2003. Kontekstual dan
Penerapannya. Malang: University Negeri Malang (UM PRESS).
Poerwadarminta,W.J.S.1982. Kamus Besar BI, Balai Pustaka, Jakarta.
Stephen Kemmis dan Robin McTaggart, 1988. The Action Research Reader, England: Deakin University.
Sia, Tjundjing. 2001. Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Hasil Studi Pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru Algensindo.
Sugandi, 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: Unnes Press
Sumadi, Suryabrata. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
--------------. 1998. Metodologi Penelitian. Cetakan sebelas. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sarlito Wirawan. 1997. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Tegeh, I Made.2008. Media Pembelajaran. Singaraja: Dikembangkan sebagai Perangkat Pembelajaran dalam Penelitian Disertasi Program Doktor Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang.
Winkel, WS. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar