Selasa, 05 Maret 2013

Pengembangan Buku Ajar IPA Kelas V



PROPOSAL PENELITIAN PENGEMBANGAN
Oleh: I Gusti Agung Harry Chandra
A. JUDUL
Pengembangan Buku Ajar IPA Kelas V Semester I SD No. 1 Banjar Tegal dengan Model Dick and Carey
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi dewasa ini memaksa Indonesia mempercepat perkembangan semua aspek, khusunya di bidang pendidikan agar nantinya bisa bersaing dengan negara-negara lainnya. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah gencar melakukan pengadaan buku ajar yang relevan digunakan di sekolah. Hal ini dikarenakan buku merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam siklus pembelajaran. Tanpa buku suatu pembelajaran akan menjadi pincang. Semakin banyak buku penunjang, maka pembelajaran akan semakin menarik. Ini tidak beda halnya dengan anak Sekolah Dasar yang masih dalam tahap perkembangan konkret yaitu harus menggunakan media pembelajaran yang menarik, baik dari tampilan, maupun dari isi. Maka dari itu harus menggunakan media pembelajaran yang semenarik mungkin. Terutama buku pembelajaran yang digunakan.
Dari hasil observasi di beberapa sekolah, ditemukan bahwa hasil belajar siswa cendrung menurun. Beberapa faktor yang paling berperan  dalam masalah ini adalah buku sumber yang digunakan. Buku sumber yang disarankan oleh pemerintah ternyata masih kurang relevan digunakan. Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia yang sangat luas dan topografi wilayah indonesia yang sangat beragam, sehingga sangat sulit membuat buku ajar yang sesuai karakteritik siswa di masing-masing wilayah di Indonesia. Ditambah lagi untuk anak Sekolah Dasar khusus kelas V yang taraf berfikir masih operasional konkret, harus diberikan materi sesuai dengan lingkungan tempat anak itu tinggal, agar siswa tidak mengkhayal dalam mendapatkan pengetahuan.
C. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dihadapi siswa di lapangan dengan buku ajar yang dimiliki adalah: (1) buku yang disediakan terlalu beragam sehingga sekolah sulit menentukan buku mana yang paling relevan digunakan, (2) buku yang dibagikan masih bersifat konvensional berlaku untuk seluruh siswa di Indonesia, (3) materi dalam buku banyak yang kurang sesuai dengan karakteristik dan lingkungan sekitar siswa.
Bila permasalahan tersebut tidak dicarikan solusi pemecahannya, dikhawatirkan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dan akan berimplikasi pada mutu lulusan yang rendah. Masalah yang akan dipecahkan melalui pengembangan ini adalah pengadaan buku yang relevan dengan mata pelajaran dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan buku ajar yang relevan dengan karakteristik dan lingkungan siswa.
E. MANFAAT PENELITIAN
1.  Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil belajar ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran positif bagi pengembangan dan kemajuan pendidikan, khususnya pada siswa kelas V SD No. 1 Banjar Tegal


2.  Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran terhadap berbagai pihak terutama kepada:
a.  Siswa
Manfaat dilihat dari siswa adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi siswa khususnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar dalam bidang studi IPA.
b. Guru
Manfaat dilihat dari guru adalah pengembangan buku ajar ini merupakan inovatif yang dapat digunakan sebagai referensi dalam mengajar sehingga dapat  mencapai target pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta dapat dijadikan tambahan informasi dan sebagai acuan dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan setempat.
c. Lembaga
Dilihat dari lembaga,hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi lembaga dalam rangka membentuk SDM yang berkualitas.
d. Peneliti Lain
Manfaat yang didapat dilihat dari peneliti lain adalah, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam penyusunan penelitian yang serupa.
F. SPESIFIKASI PRODUK YANG DIHARAPKAN
            Spesifikasi produk yang diharapkan adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis agar mudah dipelajari oleh siswa. Ada pun susunan bahan ajar setiap bab meliputi: (1) judul bab dan bagan epitome, (2) petunjuk penggunaan bahan ajar, (3)  kerangka isi, (4)  tujuan pembelajaran umum, (5)  tujuan pembelajaran khusus, (6)  penyajian materi, (7) tugas dan latihan, (8) rangkuman materi, (9) tes akhir bab, umpan balik, dan tindak lanjut, dan (10)  sumber pendukung.
G. KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam penyajian buku ajar ini ada beberapa keterbatasan, antara lain: (1) buku ini hanya terdiri dari 1 semester karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, (2) model pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan bahan ajar ini adalah Model Dick & Carey dan hanya dilakukan sampai evaluasi formatif., (3) buku ini hanya dikembangkan untuk keperluan pembelajaran di SD No. 1 Banjar Tegal.
H. DEFINISI ISTILAH
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman terhadap istilah-istilah kunci yang digunakan dalam tulisan ini, maka dipandang perlu untuk memberikan batasan-batasan istilah sebagai berikut: (1) pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisiknya.  (2) model Dick & Carey adalah model desain pembelajaran yang dikembangkan oleh Walter Dick dan Lou Carey (1990) yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu: (a) mengidentifikasi tujuan pembelajaran, (b) melakukan analisis pembelajaran, (c) mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik pebelajar, (d) menulis tujuan pembelajaran khusus, (e) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, (f) mengembangkan strategi pembelajaran, (g) mengembangkan dan atau memilih materi pembelajaran, (h) mendesain dan melakukan evaluasi formatif, dan (i) merevisi pembelajaran, evaluasi hanya sampai pada evaluasi formatif karena keterbatasan tenaga, biaya , dan waktu.


I.  KAJIAN PUSTAKA
a. Kedudukan Pengembangan dalam Teknologi Pembelajaran
            Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktik dalam perancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber belajar (Seels & Richey, 1994). Definisi ini dirumuskan berdasarkan lima bidang garapan bagi teknolog pembelajaran, yaitu: perancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Kelima hal ini merupakan kawasan dari bidang teknologi pembelajaran. Gambar 2.1 berikut ini menjelaskan tentang kelima kawasan Teknologi Pembelajaran.













Gambar 2.1 Kawasan Teknologi Pembelajaran
                     (Diadaptasi dari Seels & Richey, 1994)
            Pada gambar 2.1 terlihat dengan jelas bahwa masing-masing kawasan dalam bidang Teknologi Pembelajaran terdiri dari beberapa komponen. Kawasan perancangan meliputi: desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik pebelajar. Kawasan pengembangan sebagai fokus penelitian ini terdiri dari: teknologi cetak, teknologi audiovisual, teknologi berbasis komputer, dan teknologi terpadu. Kawasan pemanfaatan meliputi pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan institusionalisasi, dan kebijakan dan regulasi. Kawasan pengelolaan terdiri dari manajemen proyek, manajemen sumber, manajemen sistem penyampaian, dan manajemen informasi. Dan terakhir, kawasan evaluasi meliputi analisis masalah, pengukuran acuan patokan, evaluasi formatif, dan evaluasi sumatif.
Diantara kelima kawasan tersebut, yang menjadi fokus garapan penelitian ini adalah kawasan pengembangan, khususnya teknologi cetak berupa bahan ajar. Penggunaan buku ajar dalam paket pembelajaran ini merupakan bagian integral bahan ajar yang berkedudukan sebagai media pembelajaran.
Walaupun fokus penelitian ini pada kawasan pengembangan, bukan berarti lepas dari pengaruh kawasan yang lain dalam kawasan Teknologi Pembelajaran. Hal ini disebabkan karena antar kawasan tersebut memiliki suatu jalinan hubungan yang saling terkait. Model apa pun yang digunakan dalam pengembangan rancangan paket pembelajaran, maka pengembang akan melakukan beberapa fungsi dalam kawasan lainnya. Misalnya, dalam pengembangan paket pembelajaran ini digunakan rancangan model Dick & Carey, yang bila dilihat dari kawasan Teknologi Pembelajaran berada dalam kawawan pengembangan, tidak bisa terlepas dari kawasan lainnya. Kawasan perancangan  akan memberikan kontribusi dalam hal mendesain sistem pembelajaran, mendesain pesan, mengatur strategi pembelajaran, dan memperhatikan karakteristik pebelajar. Kawasan pemanfaatan memberi sumbangan bagaimana memanfaatkan media, kawasan pengelolaan memberi sumbangan tentang bagaimana memanajemen sistem penyampaian, dan kawasan evaluasi memberi tuntunan bagaimana menganalisis masalah, melakukan pengukuran acuan patokan, melaksanakan evaluasi formatif dan sumatif.


 












Gambar 2.2 Hubungan Antar Kawasan Teknologi Pembelajaran                      
                     dalam Bidang
                     (Diadaptasi dari Seels & Richey, 1994)
            Dengan memperhatikan gambar 2.2 akan lebih mudah dimengerti bagaimana kawasan-kawasan tersebut saling melengkapi dengan ditunjukkannya lingkup penelitian dan teori dalam setiap kawasan. Gambar kawasan Teknologi Pembelajaran merupakan rangkuman tentang wilayah utama yang merupakan dasar pengetahuan bagi setiap kawasan.
            Sementara para peneliti dapat berkonsentrasi pada satu kawasan, para praktisi sering harus melakukan fungsi dalam beberapa atau semua kawasan. Walaupun peneliti tersebut dapat memfokuskan diri pada satu kawasan atau cakupan dalam kawasan tersebut, mereka menarik manfaat teori dan praktik dari kawasan yang lain. Hubungan antar kawasan bersifat sinergistik. Misalnya, seorang praktisi yang bekerja dalam kawasan pengembangan menggunakan teori dan praktik dari kawasan desain, seperti teori desain sistem pembelajaran dan desain pesan. Seorang praktisi yang bekerja dalam kawasan desain menggunakan teori mengenai karakteristik media dari kawasan pengembangan dan kawasan pemanfaatan dan teori mengenai analisis masalah dan pengukuran dari kawasan evaluasi. Sifat saling melengkapi dari hubungan antar kawasan dapat dilihat secara jelas pada gambar 2.2 di atas.
            Pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik (Seels & Richey, 1994). Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran. Walaupun demikian, tidak berarti lepas dari teori dan praktik yang berhubungan dengan belajar dan desain. Misalnya, fokus kegiatan dalam kawasan pengembangan, tidak terlepas dari teori desain pesan, teori belajar, teori pemerosesan informasi, dan lain-lain.  Tidak pula kawasan tersebut berfungsi bebas dari penilaian, pengelolaan atau pemanfaatan, melainkan timbul karena dorongan teori dan desain dan harus tanggap terhadap tuntutan penilaian formatif dan praktik pemanfaatan serta kebutuhan pengelolaan. Begitu pula, kawasan pengembangan tidak hanya terdiri dari perangkat keras pembelajaran, melainkan juga mencakup perangkat lunaknya, bahan-bahan visual dan audio, serta program atau paket yang merupakan panduan berbagai bagian. Hal ini sejalan dengan pendapat Anglin (1991) bahwa pengembangan pembelajaran adalah pendekatan sistem yang mencoba untuk mengaplikasikan secara ilmiah prinsip-prinsip perencanaan, desain, kreasi, penerapan, dan evaluasi keefektifan dan keefisienan pembelajaran.
            Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong, baik desain pesan maupun strategi pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan dengan adanya: (1) pesan yang didorong oleh isi, (2) strategi pembelajaran yang didorong oleh teori, dan (3) manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak dan bahan pembelajaran
Ciri yang terakhir, yaitu teknologi, merupakan tenaga penggerak dari kawasan pengembangan. Berangkat dari asumsi ini, kita dapat merumuskan dan menjelaskan berbagai jenis media pembelajaran dan karakteristiknya. Akan tetapi, janganlah proses ini diartikan hanya sebagai suatu pengkategorisasian. Sebaliknya, sebagai elaborasi dari karakteristik prinsip-prinsip teori dan desain yang dimanfaatkan oleh teknologi.
Kawasan pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori: teknologi cetak (yang menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi audiovisual, teknologi berazaskan komputer, dan teknologi terpadu. Karena kawasan pengembangan mencakup fungsi-fungsi desain, produksi, dan penyampaian, maka suatu bahan dapat didesain dengan menggunakan satu jenis teknologi, diproduksi dengan mengunakan yang lain, dan disampaikan dengan yang lain lagi.
Berdasarkan paparan di atas, maka dapat diketahui bahwa kedudukan pengembangan dalam Teknologi Pembelajaran merupakan bagian integral dari kawasanTeknologi Pembelajaran.
b. Kedudukan Bahan Ajar dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran
            Buku  ajar disusun oleh guru secara sistematis dan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan siswa, sehingga buku ajar dapat memudahkan siswa belajar. Soal-soal latihan dan atau tugas yang ada dalam buku ajar dapat merangsang siswa untuk aktif dalam mencari informasi atau memecahkan suatu permasalahan. Dalam setiap bab diberikan soal-soal latihan atau tugas untuk mendiskusikan suatu masalah, menjawab pertanyaan, sehingga mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Tes akhir bab yang dilengkapi dengan kunci jawaban dan umpan balik dapat membangkitkan motivasi siswa untuk mengerjakan soal-soal akhir bab sebaik mungkin.
Penyusunan buku ajar agar menghasilkan bahan ajar yang bermutu, tentulah  memperhatikan teori belajar, teori psikologi, dan teori komunikasi. Desain dan strategi pembelajaran yang digunakan dalam buku ajar harus didesain oleh orang yang benar-benar memenuhi syarat sebagai seorang desainer pembelajaran. Tidak sembarang orang dapat merancang pembelajaran dengan baik dan benar. Hardre, Ge, & Thomas (2005) mengakui adanya tiga keahlian yang penting untuk ditransformasikan dari pemula ke ahli desainer pembelajaran: ahli berpikir, desain latihan, dan desain produk. Menurut mereka pendidik yang mendesain pembelajaran seharusnya menciptakan peluang bagi pebelajar untuk berkembang ke arah karakteristik ahli dalam desain berpikir mereka, desain latihan, dan desain produk. Pengembangan pembelajaran berpikir siswa harus bergerak dari sederhana ke kompleks, dari penggambaran satu dimensi ke penggambaran multidimensi, dan dari dangkal ke refleksi. Desainer harus mampu menciptakan desain latihan pebelajar yang lebih integratif, menyeluruh, dan strategis, didukung oleh rasionalitas yang solid. Desainer juga harus dapat mendesain kerja siswa yang teliti, rinci, dan diorganisasikan, dan seharusnya termasuk di dalamnya pendekatan-pendekatan alternatif.
            Degeng (1997) mengemukakan bahwa syarat seorang perancang pembelajaran, secara umum dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) kemampuan analitik, (2) kemampuan pengembangan, dan (3) kemampuan pengukuran. Kemampuan analitik diperlukan ketika melewati langkah analisis kondisi pembelajaran, yang meliputi kemampuan untuk menganalisis tujuan dan karakteristik bidang studi, kemampuan menganalisis kendala dan sumber-sumber belajar yang tersedia, dan kemampuan menganalisis karakteristik si belajar. Kemampuan pengembangan perlu dimiliki oleh seorang perancang pembelajaran agar dapat menampilkan langkah penetapan strategi-strategi pembelajaran: strategi pengorganisasian, penyampaian, dan pengelolaan pembelajaran. Kemampuan pengembangan dalam konteks ini mencakup kemampuan untuk memilih, menetapkan, dan mengembangkan strategi-strategi pembelajaran yang paling optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kemampuan untuk melakukan pengukuran hasil pembelajaran harus mampu ditampilkan oleh seorang perancang pembelajaran agar ia dapat menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran yang telah dirancangnya. Kemampuan melakukan pengukuran ini meliputi kemampuan-kemampuan dasar dalam memilih, menetapkan, dan mengembangkan alat ukur yang paling tepat untuk mengukur pencapaian tujuan.
J. MODEL PENGEMBANGAN
Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan paket pembelajaran mata kuliah Sinetron Pendidikan ini adalah Model Dick & Carey (1990) yang merupakan salah satu model desain pembelajaran sistematik. Romiszowski (1996) mengemukakan bahwa pada tingkat desain materi pembelajaran dan pengembangan, sistematik sebagai aspek prosedural pendekatan sistem telah diwujudkan dalam banyak praktik metodologi untuk desain dan pengembangan teks, materi audiovisual, dan materi pembelajaran berbasis komputer. Salah satu model yang telah secara luas digunakan adalah model yang diajukan oleh Dick & Carey tahun 1990. Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoretis desain pembelajaran. Model ini disusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar. Model ini terdiri atas sembilan  langkah, yaitu: (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran, (2) melakukan analisis pembelajaran, (3) mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik pebelajar, (4) menulis tujuan pembelajaran khusus, (5) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, (6) mengembangkan strategi pembelajaran, (7) mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, (8) mendesain dan melakukan evaluasi formatif, dan (9) merevisi pembelajaran. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.

 







Gambar 3.1 Model Pendekatan Sistem Dick & Carey dalam Perancangan    
                      Pembelajaran (Diadaptasi dari Dick & Carey, 1990:2)

K. PROSEDUR PENGEMBANGAN
Dalam pengembangan paket pembelajaran ini, prosedur pengembangan yang dilakukan terdiri atas beberapa tahap. Tahap-tahap pengembangan dipaparkan dalam uraian berikut ini.
1. Tahap I Menentukan Mata Pelajaran yang Akan Dikembangkan
            Mata pelajaran yang dikembangkan adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Pengembangan mata pelajaran ini, diharapkan agar siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik dan lingkungan siswa.
2. Tahap II Mengidentifikasi Tujuan Pembelajaran, Melakukan Analisis Pembelajaran, Mengidentifikasi Perilaku Awal dan Karakteristik Pebelajar, Menulis Tujuan Pembelajaran Khusus, dan Mengembangkan Butir-butir Tes Acuan Patokan.
            Tujuan pembelajaran ditentukan berdasarkan indicator pembelajaran dan kompetensi dasar, serta standar kompetensi
3. Tahap III Mengembangkan Strategi Pembelajaran dan Mengembangkan dan/atau Memilih Materi Pembelajaran
            Dalam tahap ini disusun strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan ini meliputi aktivitas prapembelajaran, penyajian informasi dan umpan balik, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut.
4. Tahap IV Penyusunan dan Penulisan Buku Ajar
Bahan ajar mempunyai komponen pembelajaran yang meliputi: (1) judul bab dan konsep-konsep kunci, (2) petunjuk, (3) kerangka isi, (4) tujuan pembelajaran umum, (5) tujuan pembelajaran khusus, (6) materi, (7) tugas dan latihan, (8) rangkuman, (10) tes akhir  bab, dan (11) sumber pendukung. Panduan siswa dan panduan dosen berisi petunjuk bagi siswa dan dosen dalam memanfaatkan bahan ajar dalam pembelajaran. Kegiatan produksi media pembelajaran meliputi kegiatan praproduksi, produksi, dan pascaproduksi.
5. Tahap V Mendesain dan Melakukan Evaluasi Formatif dan Merevisi Produk Pengembangan  
Evaluasi formatif meliputi uji ahli isi, uji ahli desain dan media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Data-data yang diperoleh dari masing-masing kegiatan uji coba tersebut dianalisis dan hasil analisis digunakan untuk merevisi produk pengembangan
            Kelima tahap prosedur pengembangan tersebut dapat dilihat pada bagan tahap-tahap pengembangan berikut ini.

Gambar 3.2 Tahap-tahap Pengembangan Paket Pembelajaran

L. UJI COBA PRODUK
1. Desain Uji Coba
Produk berupa bahan ajar, panduan siswa, panduan dosen dan media pembelajaran sebagai hasil dari pengembangan ini diuji tingkat validitas dan keefektifannya. Tingkat validitas paket pembelajaran diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji coba yang dilaksanakan  melalui beberapa tahap, yakni: (1) review oleh ahli isi  bidang studi, (2) review oleh ahli desain dan media pembelajaran, (3) uji coba perorangan, (4) uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Tingkat keefektifan bahan ajar diketahui melalui hasil pretes dan postes terhadap perolehan belajar siswa pada saat uji lapangan. Hasil pretes dan postes dianalisis melalui Uji-t dengan bantuan program komputer SPSS 12.
            Kegiatan uji coba produk dilakukan dengan rancangan uji coba sebagai berikut:















                                                                                   












Gambar 3.3 Rancangan Uji Coba
2. Subjek Coba
Subyek coba produk hasil pengembangan dipaparkan berikut ini.
a. Tahap Uji Para Ahli
            Subyek coba pada tahap ini adalah satu orang ahli isi mata kuliah dan satu orang ahli desain dan media pembelajaran. Ahli isi mata kuliah dalam penelitian pengembangan ini adalah Drs. Dewa Nyoman Sudana,M.Pd. Beliau adalah ahli isi mata pelajaran IPA sekaligus sebagai dosen di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha. Ahli desain dan media pembelajaran yang diminta kesediannya untuk mereview draf pengembangan paket pembelajaran adalah Dr. I Made Tegeh, M.Pd. Beliau adalah seorang teknolog pembelajaran dan ahli media pembelajaran di di Universitas Pendidikan Ganesha
b. Tahap Uji Coba Perorangan
            Subyek coba pada tahap ini adalah enam orang siswa di SD No. 1 Banjar Tegal Singaraja. Keenam  orang siswa tersebut terdiri atas dua orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, dua orang dengan prestasi belajar sedang, dan dua orang dengan prestasi belajar rendah. Prestasi belajar siswa dilihat dari nilai raport yang dicapai oleh siswa. Dalam uji coba perorangan produk pengembangan yang diujicobakan adalah buku ajar.
c. Tahap Uji Coba Kelompok Kecil
            Subyek coba dalam tahap ini adalah duabelas orang siswa di SD No. 1 Banjar Tegal Singaraja. Keduabelas orang siswa tersebut terdiri atas empat orang berprestasi belajar tinggi, empat orang berprestasi belajar sedang, dan empat orang berprestasi belajar rendah. Dalam uji coba perorangan produk pengembangan yang diujicobakan adalah buku ajar.
d Tahap Uji Coba Lapangan
            Pada tahap ini subyek coba terdiri atas tiga puluh satu orang siswa kelas V di SD No.1 Banjar Tegal Singaraja dan seorang guru mata pelajaran IPA. Produk pengembangan yang diujicobakan kepada siswa adalah buku ajar.
3. Jenis Data
Data-data yang dikumpulkan melalui pelaksanaan evaluasi formatif dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: (1) data evaluasi tahap pertama berupa data hasil uji ahli isi mata pelajaran, ahli desain dan media pembelajaran, (2) data evaluasi tahap kedua berupa data hasil uji coba perorangan, (3) data hasil uji coba kelompok kecil, dan (4) data hasil uji lapangan berupa data hasil pretes dan postes  siswa, data hasil  review siswa, dan data hasil review guru mata pelajaran IPA
            Seluruh data yang diperoleh dikelompokkan menurut sifatnya menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil review ahli isi bidang studi melalui angket tanggapan dan wawancara (format A), hasil review ahli desain pembelajaran dan ahli media pembelajaran melalui angket tanggapan dan wawancara (format B), hasil review uji coba perorangan melalui angket tanggapan dan wawancara (format C), hasil review uji coba kelompok kecil melalui angket tanggapan dan wawancara (format D), dan hasil review guru mata pelajaran IPA melalui angket tanggapan (format E). Data kuantitatif diperoleh melalui tes berupa data hasil pretes dan postes pada uji coba lapangan.
4. Instrumen Pengumplan Data
            Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian pengembangan ini adalah angket, pedoman wawancara, dan tes. Angket dan pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi bidang studi, ahli desain, siswa saat uji coba perorangan dan kelompok kecil, siswa saat uji lapangan, dan dosen pembina mata kuliah saat uji lapangan. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa sebelum menggunakan paket pembelajaran (pretes) dan sesudah menggunakan paket pembelajaran (postes).



5. Teknik Analisis Data
            Dalam penelitian pengembangan ini digunakan dua teknik analisis data, yaitu teknik analisis  deskriptif kualitatif dan analisis statistik deskriptif.
a. Analisis Deskriptif Kualitatif
            Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi mata pelajaran, ahli desain, siswa,  dan guru mata pelajaran. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada angket dan hasil wawancara. Hasil analisis data ini kemudian digunakan untuk merevisi produk paket pembelajaran.
b. Analisis Statistik Deskriptif
            Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subyek adalah :
       
 Keterangan: ∑ = jumlah
                     n = jumlah seluruh item angket
Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan subyek digunakan rumus:
Prosentase = (F : N) x 100%
Keterangan: F = jumlah persentase keseluruhan subyek
                     N = banyak subyek

Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 4
Tingkat Pencapaian
Kualifikasi
Keterangan
90% - 100%
Sangat baik
Tidak perlu direvisi
75% - 89%
Baik
Tidak perlu direvisi
65% - 74%
Cukup
Direvisi
55% - 64%
Kurang
Direvisi
0      - 54%
Sangat Kurang
Direvisi
           
Teknik analisis statistik deskriptif juga digunakan untuk mengolah data berupa hasil pretes dan postes, sehingga diketahui tingkat keefektifan produk pengembangan yang dihasilkan.