Kamis, 30 Mei 2013
Selasa, 05 Maret 2013
Pengembangan Buku Ajar IPA Kelas V
PROPOSAL
PENELITIAN PENGEMBANGAN
Oleh:
I Gusti Agung Harry Chandra
A.
JUDUL
Pengembangan
Buku Ajar IPA Kelas V Semester I SD No. 1 Banjar Tegal dengan Model Dick and
Carey
B.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pesatnya ilmu pengetahuan
dan teknologi di era globalisasi dewasa ini memaksa Indonesia mempercepat perkembangan
semua aspek, khusunya di bidang pendidikan agar nantinya bisa bersaing dengan
negara-negara lainnya. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, pemerintah gencar melakukan
pengadaan buku ajar yang relevan digunakan di sekolah. Hal ini dikarenakan buku
merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam siklus pembelajaran. Tanpa
buku suatu pembelajaran akan menjadi pincang. Semakin banyak buku penunjang, maka
pembelajaran akan semakin menarik. Ini tidak beda halnya dengan anak Sekolah
Dasar yang masih dalam tahap perkembangan konkret yaitu harus menggunakan media
pembelajaran yang menarik, baik dari tampilan, maupun dari isi. Maka dari itu
harus menggunakan media pembelajaran yang semenarik mungkin. Terutama buku
pembelajaran yang digunakan.
Dari hasil observasi di beberapa sekolah, ditemukan bahwa hasil
belajar siswa cendrung menurun. Beberapa faktor yang paling berperan dalam masalah ini adalah buku sumber yang
digunakan. Buku sumber yang disarankan oleh pemerintah ternyata masih kurang
relevan digunakan. Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia yang sangat luas
dan topografi wilayah indonesia yang sangat beragam, sehingga sangat sulit membuat
buku ajar yang sesuai karakteritik siswa di masing-masing wilayah di Indonesia.
Ditambah lagi untuk anak Sekolah Dasar khusus kelas V yang taraf berfikir masih
operasional konkret, harus diberikan materi sesuai dengan lingkungan tempat
anak itu tinggal, agar siswa tidak mengkhayal dalam mendapatkan pengetahuan.
C.
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang
dihadapi siswa di lapangan dengan buku ajar yang dimiliki adalah: (1) buku yang
disediakan terlalu beragam sehingga sekolah sulit menentukan buku mana yang
paling relevan digunakan, (2) buku yang dibagikan masih bersifat konvensional
berlaku untuk seluruh siswa di Indonesia, (3) materi dalam buku banyak yang
kurang sesuai dengan karakteristik dan lingkungan sekitar siswa.
Bila permasalahan tersebut tidak dicarikan solusi
pemecahannya, dikhawatirkan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai dan akan
berimplikasi pada mutu lulusan yang rendah. Masalah yang akan dipecahkan
melalui pengembangan ini adalah pengadaan buku yang relevan dengan mata
pelajaran dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa
D.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan pengembangan ini adalah untuk menghasilkan
buku ajar yang relevan dengan karakteristik dan lingkungan siswa.
E.
MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Secara
teoretis, hasil belajar ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
positif bagi pengembangan dan kemajuan pendidikan, khususnya pada siswa kelas V SD No. 1 Banjar Tegal
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini nantinya
diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran terhadap berbagai pihak terutama
kepada:
a.
Siswa
Manfaat
dilihat dari siswa adalah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah
satu bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi siswa khususnya dalam upaya
meningkatkan hasil belajar dalam bidang studi IPA.
b. Guru
Manfaat
dilihat dari guru adalah pengembangan buku ajar ini merupakan inovatif yang
dapat digunakan sebagai referensi dalam mengajar sehingga dapat mencapai target pembelajaran yang lebih
efektif dan efisien, serta dapat dijadikan tambahan informasi dan sebagai acuan
dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan situasi dan kondisi
lingkungan setempat.
c. Lembaga
Dilihat
dari lembaga,hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi lembaga dalam
rangka membentuk SDM yang berkualitas.
d. Peneliti Lain
Manfaat yang didapat dilihat dari peneliti lain adalah, penelitian ini
dapat dijadikan acuan dalam penyusunan penelitian yang serupa.
F.
SPESIFIKASI PRODUK YANG DIHARAPKAN
Spesifikasi
produk yang diharapkan adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis agar
mudah dipelajari oleh siswa. Ada pun susunan bahan ajar setiap bab meliputi:
(1) judul bab dan bagan epitome, (2) petunjuk penggunaan bahan ajar, (3) kerangka isi, (4) tujuan pembelajaran umum, (5) tujuan pembelajaran khusus, (6) penyajian materi, (7) tugas dan latihan, (8)
rangkuman materi, (9) tes akhir bab, umpan balik, dan tindak lanjut, dan
(10) sumber pendukung.
G.
KETERBATASAN PENELITIAN
Dalam penyajian buku ajar ini ada beberapa keterbatasan, antara lain:
(1) buku ini hanya terdiri dari 1 semester karena adanya keterbatasan waktu,
tenaga, dan biaya, (2) model pengembangan yang digunakan untuk mengembangkan
bahan ajar ini adalah Model Dick & Carey dan hanya dilakukan sampai
evaluasi formatif., (3) buku ini hanya dikembangkan untuk keperluan
pembelajaran di SD No. 1 Banjar Tegal.
H.
DEFINISI ISTILAH
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman
terhadap istilah-istilah kunci yang digunakan dalam tulisan ini, maka dipandang
perlu untuk memberikan batasan-batasan istilah sebagai berikut: (1)
pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk
fisiknya. (2) model Dick & Carey
adalah model desain pembelajaran yang dikembangkan oleh Walter Dick dan Lou
Carey (1990) yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu: (a) mengidentifikasi
tujuan pembelajaran, (b) melakukan analisis pembelajaran, (c) mengidentifikasi
perilaku awal dan karakteristik pebelajar, (d) menulis tujuan pembelajaran
khusus, (e) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, (f) mengembangkan
strategi pembelajaran, (g) mengembangkan dan atau memilih materi pembelajaran,
(h) mendesain dan melakukan evaluasi formatif, dan (i) merevisi pembelajaran,
evaluasi hanya sampai pada evaluasi formatif karena keterbatasan tenaga, biaya
, dan waktu.
I.
KAJIAN PUSTAKA
a. Kedudukan Pengembangan dalam Teknologi Pembelajaran
Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktik dalam
perancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan
sumber belajar (Seels & Richey, 1994). Definisi ini dirumuskan berdasarkan
lima bidang garapan bagi teknolog pembelajaran, yaitu: perancangan,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi. Kelima hal ini merupakan
kawasan dari bidang teknologi pembelajaran. Gambar 2.1 berikut ini menjelaskan
tentang kelima kawasan Teknologi Pembelajaran.
Gambar 2.1 Kawasan Teknologi Pembelajaran
(Diadaptasi dari Seels & Richey, 1994)
Pada gambar 2.1 terlihat dengan jelas bahwa masing-masing
kawasan dalam bidang Teknologi Pembelajaran terdiri dari beberapa komponen.
Kawasan perancangan meliputi: desain sistem pembelajaran, desain pesan,
strategi pembelajaran, dan karakteristik pebelajar. Kawasan pengembangan
sebagai fokus penelitian ini terdiri dari: teknologi cetak, teknologi
audiovisual, teknologi berbasis komputer, dan teknologi terpadu. Kawasan
pemanfaatan meliputi pemanfaatan media, difusi inovasi, implementasi dan
institusionalisasi, dan kebijakan dan regulasi. Kawasan pengelolaan terdiri
dari manajemen proyek, manajemen sumber, manajemen sistem penyampaian, dan
manajemen informasi. Dan terakhir, kawasan evaluasi
meliputi analisis masalah, pengukuran acuan patokan, evaluasi formatif, dan
evaluasi sumatif.
Diantara kelima kawasan
tersebut, yang menjadi fokus garapan penelitian ini adalah kawasan
pengembangan, khususnya teknologi cetak berupa bahan ajar. Penggunaan buku ajar
dalam paket pembelajaran ini merupakan bagian integral bahan ajar yang
berkedudukan sebagai media pembelajaran.
Walaupun fokus penelitian
ini pada kawasan pengembangan, bukan berarti lepas dari pengaruh kawasan yang
lain dalam kawasan Teknologi Pembelajaran. Hal ini disebabkan karena antar
kawasan tersebut memiliki suatu jalinan hubungan yang saling terkait. Model apa
pun yang digunakan dalam pengembangan rancangan paket pembelajaran, maka
pengembang akan melakukan beberapa fungsi dalam kawasan lainnya. Misalnya,
dalam pengembangan paket pembelajaran ini digunakan rancangan model Dick &
Carey, yang bila dilihat dari kawasan Teknologi Pembelajaran berada dalam
kawawan pengembangan, tidak bisa terlepas dari kawasan lainnya. Kawasan perancangan akan memberikan kontribusi dalam hal mendesain
sistem pembelajaran, mendesain pesan, mengatur strategi pembelajaran, dan
memperhatikan karakteristik pebelajar. Kawasan pemanfaatan memberi sumbangan
bagaimana memanfaatkan media, kawasan pengelolaan memberi sumbangan tentang
bagaimana memanajemen sistem penyampaian, dan kawasan evaluasi memberi tuntunan
bagaimana menganalisis masalah, melakukan pengukuran acuan patokan,
melaksanakan evaluasi formatif dan sumatif.
Gambar 2.2 Hubungan Antar Kawasan Teknologi Pembelajaran
dalam Bidang
(Diadaptasi dari Seels
& Richey, 1994)
Dengan memperhatikan gambar 2.2 akan lebih mudah
dimengerti bagaimana kawasan-kawasan tersebut saling melengkapi dengan
ditunjukkannya lingkup penelitian dan teori dalam setiap kawasan. Gambar
kawasan Teknologi Pembelajaran merupakan rangkuman tentang wilayah utama yang
merupakan dasar pengetahuan bagi setiap kawasan.
Sementara para peneliti dapat berkonsentrasi pada satu
kawasan, para praktisi sering harus melakukan fungsi dalam beberapa atau semua
kawasan. Walaupun peneliti tersebut dapat memfokuskan diri pada satu kawasan
atau cakupan dalam kawasan tersebut, mereka menarik manfaat teori dan praktik
dari kawasan yang lain. Hubungan antar kawasan bersifat sinergistik. Misalnya,
seorang praktisi yang bekerja dalam kawasan pengembangan menggunakan teori dan
praktik dari kawasan desain, seperti teori desain sistem pembelajaran dan
desain pesan. Seorang praktisi yang bekerja dalam kawasan desain menggunakan
teori mengenai karakteristik media dari kawasan pengembangan dan kawasan
pemanfaatan dan teori mengenai analisis masalah dan pengukuran dari kawasan
evaluasi. Sifat saling melengkapi dari hubungan antar kawasan dapat dilihat
secara jelas pada gambar 2.2 di atas.
Pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi
desain ke dalam bentuk fisik (Seels & Richey, 1994). Kawasan pengembangan
mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran. Walaupun
demikian, tidak berarti lepas dari teori dan praktik yang berhubungan dengan
belajar dan desain. Misalnya, fokus kegiatan dalam kawasan pengembangan, tidak
terlepas dari teori desain pesan, teori belajar, teori pemerosesan informasi,
dan lain-lain. Tidak pula kawasan
tersebut berfungsi bebas dari penilaian, pengelolaan atau pemanfaatan,
melainkan timbul karena dorongan teori dan desain dan harus tanggap terhadap
tuntutan penilaian formatif dan praktik pemanfaatan serta kebutuhan
pengelolaan. Begitu pula, kawasan pengembangan tidak hanya terdiri dari
perangkat keras pembelajaran, melainkan juga mencakup perangkat lunaknya,
bahan-bahan visual dan audio, serta program atau paket yang merupakan panduan
berbagai bagian. Hal ini sejalan dengan pendapat Anglin (1991) bahwa
pengembangan pembelajaran adalah pendekatan sistem yang mencoba untuk
mengaplikasikan secara ilmiah prinsip-prinsip perencanaan, desain, kreasi,
penerapan, dan evaluasi keefektifan dan keefisienan pembelajaran.
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang
kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong, baik desain pesan maupun
strategi pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan
dengan adanya: (1) pesan yang didorong oleh isi, (2) strategi pembelajaran yang
didorong oleh teori, dan (3) manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras,
perangkat lunak dan bahan pembelajaran
Ciri
yang terakhir, yaitu teknologi, merupakan tenaga penggerak dari kawasan
pengembangan. Berangkat dari asumsi ini, kita dapat merumuskan dan menjelaskan
berbagai jenis media pembelajaran dan karakteristiknya. Akan tetapi, janganlah
proses ini diartikan hanya sebagai suatu pengkategorisasian. Sebaliknya,
sebagai elaborasi dari karakteristik prinsip-prinsip teori dan desain yang
dimanfaatkan oleh teknologi.
Kawasan
pengembangan dapat diorganisasikan dalam empat kategori: teknologi cetak (yang
menyediakan landasan untuk kategori yang lain), teknologi audiovisual,
teknologi berazaskan komputer, dan teknologi terpadu. Karena kawasan
pengembangan mencakup fungsi-fungsi desain, produksi, dan penyampaian, maka
suatu bahan dapat didesain dengan menggunakan satu jenis teknologi, diproduksi
dengan mengunakan yang lain, dan disampaikan dengan yang lain lagi.
Berdasarkan
paparan di atas, maka dapat diketahui bahwa kedudukan pengembangan dalam
Teknologi Pembelajaran merupakan bagian integral dari kawasanTeknologi
Pembelajaran.
b. Kedudukan Bahan Ajar dalam Peningkatan
Kualitas Pembelajaran
Buku ajar disusun oleh guru secara sistematis dan
mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan siswa, sehingga buku ajar dapat
memudahkan siswa belajar. Soal-soal latihan dan atau tugas yang ada dalam buku
ajar dapat merangsang siswa untuk aktif dalam mencari informasi atau memecahkan
suatu permasalahan. Dalam setiap bab diberikan soal-soal latihan atau tugas
untuk mendiskusikan suatu masalah, menjawab pertanyaan, sehingga mengaktifkan
siswa dalam pembelajaran. Tes akhir bab yang dilengkapi dengan kunci jawaban
dan umpan balik dapat membangkitkan motivasi siswa untuk mengerjakan soal-soal
akhir bab sebaik mungkin.
Penyusunan buku ajar agar
menghasilkan bahan ajar yang bermutu, tentulah
memperhatikan teori belajar, teori psikologi, dan teori komunikasi.
Desain dan strategi pembelajaran yang digunakan dalam buku ajar harus didesain
oleh orang yang benar-benar memenuhi syarat sebagai seorang desainer
pembelajaran. Tidak sembarang orang dapat merancang pembelajaran dengan baik
dan benar. Hardre, Ge, & Thomas (2005) mengakui adanya tiga keahlian yang
penting untuk ditransformasikan dari pemula ke ahli desainer pembelajaran: ahli
berpikir, desain latihan, dan desain produk. Menurut mereka pendidik yang
mendesain pembelajaran seharusnya menciptakan peluang bagi pebelajar untuk
berkembang ke arah karakteristik ahli dalam desain berpikir mereka, desain
latihan, dan desain produk. Pengembangan pembelajaran berpikir siswa harus
bergerak dari sederhana ke kompleks, dari penggambaran satu dimensi ke
penggambaran multidimensi, dan dari dangkal ke refleksi. Desainer harus mampu
menciptakan desain latihan pebelajar yang lebih integratif, menyeluruh, dan
strategis, didukung oleh rasionalitas yang solid. Desainer juga harus dapat
mendesain kerja siswa yang teliti, rinci, dan diorganisasikan, dan seharusnya
termasuk di dalamnya pendekatan-pendekatan alternatif.
Degeng (1997) mengemukakan bahwa
syarat seorang perancang pembelajaran, secara umum dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu: (1) kemampuan analitik, (2) kemampuan pengembangan, dan (3) kemampuan
pengukuran. Kemampuan analitik diperlukan ketika melewati langkah analisis
kondisi pembelajaran, yang meliputi kemampuan untuk menganalisis tujuan dan
karakteristik bidang studi, kemampuan menganalisis kendala dan sumber-sumber
belajar yang tersedia, dan kemampuan menganalisis karakteristik si belajar. Kemampuan
pengembangan perlu dimiliki oleh seorang perancang pembelajaran agar dapat
menampilkan langkah penetapan strategi-strategi pembelajaran: strategi
pengorganisasian, penyampaian, dan pengelolaan pembelajaran. Kemampuan
pengembangan dalam konteks ini mencakup kemampuan untuk memilih, menetapkan,
dan mengembangkan strategi-strategi pembelajaran yang paling optimal untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Kemampuan untuk melakukan pengukuran hasil
pembelajaran harus mampu ditampilkan oleh seorang perancang pembelajaran agar
ia dapat menetapkan tingkat keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran
yang telah dirancangnya. Kemampuan melakukan pengukuran ini meliputi
kemampuan-kemampuan dasar dalam memilih, menetapkan, dan mengembangkan alat
ukur yang paling tepat untuk mengukur pencapaian tujuan.
J.
MODEL PENGEMBANGAN
Model
pengembangan yang digunakan dalam pengembangan paket pembelajaran mata kuliah
Sinetron Pendidikan ini adalah Model Dick & Carey (1990) yang merupakan
salah satu model desain pembelajaran sistematik. Romiszowski (1996)
mengemukakan bahwa pada tingkat desain materi pembelajaran dan pengembangan,
sistematik sebagai aspek prosedural pendekatan sistem telah diwujudkan dalam
banyak praktik metodologi untuk desain dan pengembangan teks, materi audiovisual,
dan materi pembelajaran berbasis komputer. Salah
satu model yang telah secara luas digunakan adalah model yang diajukan oleh
Dick & Carey tahun 1990. Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan
bahwa model ini dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan
teoretis desain pembelajaran. Model ini disusun secara terprogram dengan
urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar
yang berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
pebelajar. Model ini terdiri atas sembilan
langkah, yaitu: (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran, (2) melakukan
analisis pembelajaran, (3) mengidentifikasi perilaku awal dan karakteristik
pebelajar, (4) menulis tujuan pembelajaran khusus, (5) mengembangkan
butir-butir tes acuan patokan, (6) mengembangkan strategi pembelajaran, (7)
mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, (8) mendesain dan melakukan
evaluasi formatif, dan (9) merevisi pembelajaran. Langkah-langkah tersebut
dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.
Gambar 3.1
Model Pendekatan Sistem Dick & Carey dalam Perancangan
Pembelajaran (Diadaptasi
dari Dick & Carey, 1990:2)
K.
PROSEDUR PENGEMBANGAN
Dalam pengembangan paket pembelajaran ini,
prosedur pengembangan yang dilakukan terdiri atas beberapa tahap. Tahap-tahap
pengembangan dipaparkan dalam uraian berikut ini.
1.
Tahap I Menentukan Mata Pelajaran yang Akan Dikembangkan
Mata
pelajaran yang dikembangkan adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
Pengembangan mata pelajaran ini, diharapkan agar siswa dapat belajar sesuai
dengan karakteristik dan lingkungan siswa.
2.
Tahap II Mengidentifikasi Tujuan
Pembelajaran, Melakukan Analisis Pembelajaran, Mengidentifikasi Perilaku Awal
dan Karakteristik Pebelajar, Menulis Tujuan Pembelajaran Khusus, dan
Mengembangkan Butir-butir Tes Acuan Patokan.
Tujuan
pembelajaran ditentukan berdasarkan indicator pembelajaran dan kompetensi
dasar, serta standar kompetensi
3. Tahap III Mengembangkan Strategi Pembelajaran dan
Mengembangkan dan/atau Memilih Materi Pembelajaran
Dalam tahap ini disusun strategi pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan ini meliputi aktivitas
prapembelajaran, penyajian informasi dan umpan balik, pengetesan, dan kegiatan
tindak lanjut.
4. Tahap IV Penyusunan dan Penulisan Buku Ajar
Bahan
ajar mempunyai komponen pembelajaran yang meliputi: (1) judul bab dan
konsep-konsep kunci, (2) petunjuk, (3) kerangka isi, (4) tujuan pembelajaran
umum, (5) tujuan pembelajaran khusus, (6) materi, (7) tugas dan latihan, (8)
rangkuman, (10) tes akhir bab, dan (11)
sumber pendukung. Panduan siswa dan panduan dosen berisi petunjuk bagi siswa
dan dosen dalam memanfaatkan bahan ajar dalam pembelajaran. Kegiatan produksi
media pembelajaran meliputi kegiatan praproduksi, produksi, dan pascaproduksi.
5. Tahap V Mendesain dan Melakukan Evaluasi Formatif
dan Merevisi Produk Pengembangan
Evaluasi
formatif meliputi uji ahli isi, uji ahli desain dan media pembelajaran, uji
coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Data-data yang
diperoleh dari masing-masing kegiatan uji coba tersebut dianalisis dan hasil
analisis digunakan untuk merevisi produk pengembangan
Kelima tahap prosedur pengembangan tersebut dapat dilihat
pada bagan tahap-tahap pengembangan berikut ini.
Gambar
3.2 Tahap-tahap Pengembangan Paket Pembelajaran
L.
UJI COBA PRODUK
1.
Desain Uji Coba
Produk berupa bahan ajar,
panduan siswa, panduan dosen dan media pembelajaran sebagai hasil dari
pengembangan ini diuji tingkat validitas dan keefektifannya. Tingkat validitas
paket pembelajaran diketahui melalui hasil analisis kegiatan uji coba yang
dilaksanakan melalui beberapa tahap,
yakni: (1) review oleh ahli isi bidang
studi, (2) review oleh ahli desain dan media pembelajaran, (3) uji coba
perorangan, (4) uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Tingkat
keefektifan bahan ajar diketahui melalui hasil pretes dan postes terhadap
perolehan belajar siswa pada saat uji lapangan. Hasil pretes dan postes dianalisis melalui Uji-t dengan
bantuan program komputer SPSS 12.
Kegiatan uji coba produk dilakukan dengan rancangan uji
coba sebagai berikut:
Gambar 3.3 Rancangan Uji Coba
2.
Subjek Coba
Subyek coba produk hasil pengembangan
dipaparkan berikut ini.
a.
Tahap Uji Para Ahli
Subyek
coba pada tahap ini adalah satu orang ahli isi mata kuliah dan satu orang ahli
desain dan media pembelajaran. Ahli isi mata kuliah dalam penelitian
pengembangan ini adalah Drs. Dewa Nyoman Sudana,M.Pd. Beliau adalah ahli isi
mata pelajaran IPA sekaligus sebagai dosen di jurusan Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Pendidikan Ganesha. Ahli desain dan media pembelajaran yang
diminta kesediannya untuk mereview
draf pengembangan paket pembelajaran adalah Dr. I Made Tegeh, M.Pd. Beliau
adalah seorang teknolog pembelajaran dan ahli media pembelajaran di di
Universitas Pendidikan Ganesha
b.
Tahap Uji Coba Perorangan
Subyek
coba pada tahap ini adalah enam orang siswa di SD No. 1 Banjar Tegal Singaraja.
Keenam orang siswa tersebut terdiri atas
dua orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, dua orang dengan prestasi
belajar sedang, dan dua orang dengan prestasi belajar rendah. Prestasi belajar siswa
dilihat dari nilai raport yang dicapai oleh siswa. Dalam uji coba perorangan
produk pengembangan yang diujicobakan adalah buku ajar.
c.
Tahap Uji Coba Kelompok Kecil
Subyek
coba dalam tahap ini adalah duabelas orang siswa di SD No. 1 Banjar Tegal
Singaraja. Keduabelas orang siswa tersebut terdiri atas empat orang berprestasi
belajar tinggi, empat orang berprestasi belajar sedang, dan empat orang
berprestasi belajar rendah. Dalam uji coba perorangan produk pengembangan yang
diujicobakan adalah buku ajar.
d
Tahap Uji Coba Lapangan
Pada tahap ini subyek coba terdiri
atas tiga puluh satu orang siswa kelas V di SD No.1 Banjar Tegal Singaraja dan
seorang guru mata pelajaran IPA. Produk pengembangan yang diujicobakan kepada siswa
adalah buku ajar.
3.
Jenis Data
Data-data yang
dikumpulkan melalui pelaksanaan evaluasi formatif dikelompokkan menjadi empat
bagian, yaitu: (1) data evaluasi tahap pertama berupa data hasil uji ahli isi mata
pelajaran, ahli desain dan media pembelajaran, (2) data evaluasi tahap kedua
berupa data hasil uji coba perorangan, (3) data hasil uji coba kelompok kecil,
dan (4) data hasil uji lapangan berupa data hasil pretes dan postes siswa, data hasil review siswa, dan data hasil review guru mata
pelajaran IPA
Seluruh data yang diperoleh
dikelompokkan menurut sifatnya menjadi dua, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif diperoleh dari hasil review ahli isi bidang studi melalui
angket tanggapan dan wawancara (format A), hasil review ahli desain
pembelajaran dan ahli media pembelajaran melalui angket tanggapan dan wawancara
(format B), hasil review uji coba perorangan melalui angket tanggapan dan
wawancara (format C), hasil review uji coba kelompok kecil melalui angket
tanggapan dan wawancara (format D), dan hasil review guru mata pelajaran IPA
melalui angket tanggapan (format E). Data kuantitatif diperoleh melalui tes
berupa data hasil pretes dan postes pada uji coba lapangan.
4.
Instrumen Pengumplan Data
Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian pengembangan ini adalah
angket, pedoman wawancara, dan tes. Angket dan pedoman wawancara digunakan
untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi bidang studi, ahli desain, siswa
saat uji coba perorangan dan kelompok kecil, siswa saat uji lapangan, dan dosen
pembina mata kuliah saat uji lapangan. Tes digunakan untuk mengetahui hasil
belajar mahasiswa sebelum menggunakan paket pembelajaran (pretes) dan sesudah
menggunakan paket pembelajaran (postes).
5.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian pengembangan ini digunakan dua teknik
analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis statistik deskriptif.
a. Analisis Deskriptif Kualitatif
Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk
mengolah data hasil review ahli isi mata pelajaran, ahli desain, siswa, dan guru mata pelajaran. Teknik analisis data
ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi-informasi dari data kualitatif
yang berupa masukan, tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada
angket dan hasil wawancara. Hasil analisis data ini kemudian digunakan untuk
merevisi produk paket pembelajaran.
b. Analisis Statistik Deskriptif
Teknik analisis ini digunakan untuk mengolah data yang
diperoleh melalui angket dalam bentuk deskriptif persentase. Rumus yang
digunakan untuk menghitung persentase dari masing-masing subyek adalah :
Keterangan: ∑ = jumlah
n = jumlah seluruh item angket
Selanjutnya, untuk menghitung persentase keseluruhan
subyek digunakan rumus:
Prosentase = (F : N) x 100%
Keterangan: F = jumlah persentase keseluruhan subyek
N = banyak subyek
Untuk dapat memberikan
makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 4
Tingkat
Pencapaian
|
Kualifikasi
|
Keterangan
|
90% - 100%
|
Sangat baik
|
Tidak perlu direvisi
|
75% - 89%
|
Baik
|
Tidak perlu direvisi
|
65% - 74%
|
Cukup
|
Direvisi
|
55% - 64%
|
Kurang
|
Direvisi
|
0 -
54%
|
Sangat Kurang
|
Direvisi
|
Teknik analisis statistik
deskriptif juga digunakan untuk mengolah data berupa hasil pretes dan postes,
sehingga diketahui tingkat keefektifan produk pengembangan yang dihasilkan.
Langganan:
Postingan (Atom)